Rabu, 13 Maret 2013

A bit story from Akira

Diposting oleh Ai di 09.31

Hari ini adalah hari yang cukup menyenangkan. Omoshiroii.. Tapi di akhir benar-benar membuat moodku memburuk.

Kyou wa Konohagakure no Omatsuri. Dan kami hari ini memakai Kimono. Bermacam-macam kimono. Berita bagusnya lagi, tidak ada pelajaran untuk hari ini. Benar-benar menyenangkan. Sebenarnya hari ini juga diadakan lomba-lomba,  tapi karena tidak ada kejelasan acara, kami pun memilih pulang.
Berbeda denganku dan Kin yang kami memang ada pertemuan. Pertemuan ini membahas tentang geijutsu. Masih ingat dengan klub musik yang kuikuti? Nah ini dia, kami janji bertemu di dalam Toshoushitsu. Pertama aku datang dengan Miryoku Miigo. Dia adalah onnanoko yang kuceritakan waktu itu. Yang pintar geijutsu. Yang sangat cocok banget sekali dengan Kuruma-san. Lalu teman-teman lainnya datang. Kin datang menyusul. Dan disusul dengan Buchou-san yang super telat. Lalu dia membuka pertemuan kali ini.
Kami membicarakan banyak hal, tentang keperluan geijutsu dan para anggota baru, yang kebanyakan merupakan kouhai kami. Seperti biasa, yang paling vokal adalah Mii-chan dan Kuruma-san. Mereka benar-benar pasangan yang serasi bukan. Bahkan aku sempat mendengar kata ‘anata’ terlontar dari mulut Mii-chan. Tetap saja aku cukup kaget, walaupun aku tahu Mii-chan hanya bercanda gara-gara Kuruma-san yang cukup lemot.
“Hai’, nanti kita akan-..” jelas Kuruma-san tidak jelas.
“Chotto matte, kau bilang apa sih?” Mii-chan pun menyela.
“Ya, tentang anggota baru, kan?” Jawabannya membuat kami mengeluh serentak.
“Bukan, anata. Bukan itu.”
Aku dengan jelas mendengar Mii-chan mengucapkan itu. Aku jadi tahu seberapa akrabnya mereka.(Tapi mereka tidak pacaran lho). Ah, sudahlah. Setelah membicarakan hal-hal lain. Sampailah ke topik pada siapa yang akan tampil. Sampai ke Kuruma-san berkata.
“Hah, hanya Shimedaiko, pemain seperti itu buang saja.”
Kata-kata itumungkin biasa saja. Memang sedikit kasar. Tapi bagiku itu sangat kasar. Aku adalah salah satu pemain Shimedaiko. Shimedaiko, mungkin memang alat musik yang gampang. Hanya tinggal pukul dan mengikuti not. Jadi asal tunjuk pemain pun bisa. Tapi bukan berarti meremehkan kami dong. Aku tahu Shimedaiko tak sepedan dengan taiko yang besar itu. Tapi bukan berarti seenaknya membuang pemain. Berarti aku dibuang begitu. Aku hanya bisa meringis sambil membuang muka.
Setelah segalanya selesai. Aku dan Kin segera keluar dari sana. Diluar toshoushitsu itulah aku mengeluarkan unek-unek ku.
“Kin-chan, aku bingung. Kenapa kita selalu ikut pertemuan? Padahal kita bukan member inti. Kau tahu maksudku kan?”
“Wakatta, dan.. Nanti, akan kuberi tahu.”
Tepat setelah Kin berkata seperti itu, Mii-chan keluar dengan seorang temannya. Waduh, semoga dia tidak mendengar perkataanku. Setelah agak jauh dari sana Kin pun melanjutkan perkataannya.
“Iya, dan kita akhirnya juga tidak ikut bermain.”
“Benar, kita sama sekali tidak melakukan apa-apa. Hanya duduk disana sambil sok paham.”
Aku pun melanjutkan perkataan.
“Kalau aku jadi mereka. Aku bakal memprioritaskan yang loyal.”
Sedangkan Kin lebih memilih diam. Anak ini memnag selalu begitu. Dan kau tahu mungkin semenjak hari ini, pandanganku pada Kuruma-san akan berubah.
Walau akhirnya seperti itu, aku juga mendapatkan pengalaman baru tadi. Kaze-san memakai kimono warna biru tadi. Kawaii sou. Ckck, entah kenapa dia selalu terlhat keren dimataku.
.
.
Segalanya tak pernah berakhir baik bagiku. Dalam hal segalamya. Entah pelajaran, sekolah, ekskul, pertemanan, dan semuanya. Aku tahu aku memang bodoh. Aku yakin, aku masuk KIHS karena keberuntungan. Dan jadilah di KIHS ini, aku bernasib sial. Nilai-nilaiku buruk semua. Aku tak tahu apa yang salah, tapi aku sudah berusaha semampuku. I try it. I try the best that I can do, but what.. Nothing comes out.
Kalau dulu, aku pasti bilang semua kan baik-baik saja. Tapi sekarang, tak akan-akan baik-baik saja. Kalau melihat nilai tomodachi-ku, rasanya aku adalah pecundang. Hh, memang dari dulu aku memang pecundang, deh. Terkadang rasanya aku putus asa, aku sudah berusaha dengan sekuat yang aku mampu, tapi tetap saja tak ada yang berubah. Kami-sama, apa salahku? Oshiete kuru yo..
Di hal pertemanan, aku yakin itu bukan hal yang baru lagi. Di atarashii kurasu ini,aku benar-benar merasa asing, benar-benar merasa ditinggalkan. Benar-benar tak punya teman. Apalagi kebiasaanku yang takpernah berbicara duluan, itu membuatnya semakin sulit. Apalagi terhadap otokonoko. Kau tahu terkadang rasanya aku ingin memaki diriku sendiri. Kami-sama, kenapa aku berbeda?
Lalu di ekskul, terutama geijutsu. Penah kuceritakan tentang perkataan Kuruma-san kan, itu benar-benar membuatku sakit hati. Dan sekarang kami memang ada event, dan hebatnya mereka meninggalkanku. Kau tahu bagaimana rasanya senang bermain geijutsu. Rasanya benar-benar seperti menjadi bagian dari mereka. Disinilah pertama kalinya aku merasa ‘ disinilah tempatku’, this is where I belong. Bahkan aku sempat berpikir, disinilah aku dibutuhkan. Tapi aku dibuang. Hah, bocah sepertiku memang pantas dibuang. Tak pernah sepadan dengan anak kelas atas macam mereka. Rasanya setiap aku main geijutsu, rasanya senang sekali. Aku takkan peduli berapa kali kita main, berapa kali kita latihan walau hanya untuk berapa menit disebuah event, tapi selama kami bermain bersama, aku ingin bermain selamanya. Tak pantaskah aku merasa seperti itu? Terlalu egoiskah kalau aku ingin mempertahankan yang satu ini? Mengingat dalam hal lain aku selalu sial. Kami-sama, onegai.
Apakah aku terlalu egois? Aku hanya ingin punya teman seperti orang normal lainnya. Bisa berbincang dengan normal tanpa merasa ditatap dengan aneh. Terkadang aku juga mau bersinar diantara yang lain, tidak terlalu bersinar tak apa yang penting tidak terlalu redup. Aku juga ingin mempunyai nasib gemilang seperti mereka. Aku juga ingin punya tempat dimana aku bisa dibutuhkan dan aku bisa membantu dengan kemampuanku. Aku ingin berada di tempat yang tepat, dimana aku tak dipandang menjijikan, aneh, dan segala teman-temannya. Aku juga ingin seperti orang lain, I just wanna be like them. Am I too greedy?
Bukannya mau menyalahkan Tuhan atau bagaimana. Tapi terkadang aku selalu bertanya-tanya, apakah kehidupanku ini adil? Apakah aku memang tak bisa seperti mereka? Kenapa semua hal yang ku inginkan tak pernah tercapai? Dan lalu balik lagi ke, apakah semua ini adil? Aku tahu seharusnya aku tak boleh mendikte Tuhan. Tapi kenapa semua seperti ini? Apakah aku tak boleh mendapatkan cahaya kusendiri? Apakah aku tak boleh bersinar? Terkadang aku berpikir ingin memutar waktu kembali. Kembali ke masa lalu, yang setidaknya aku bisa bersinar. Bukan dimasa tanpa sinar seperti ini. Gelap dan sepi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Me and Them Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare