Minggu, 04 November 2012

Tradisi Upacara Teh di Jepang - Ai Tanaka

Diposting oleh Ai di 13.30

Tradisi Minum Teh di Jepang

Salah satu kebudayaan Jepang yang di kenal banyak orang adalah tradisi upacara  minum teh. Upacara ini adalah salah satu ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh  untuk tamu. Pada jaman dahulu sering di sebut Chanoyu atau Chat atau Chato atau Sadou. Tetapi dalam percakapan sehari – hari orang Jepang sering menyebutnya dengan Ocha. Chanoyu sendiri dapat di artikan sebagai air panas untuk teh. Upacara minum teh yang di adakan di luar ruangan di sebut Nodate, Sementara ruanagan yang khusus di sediakan untuk upacara Minum teh di sebut Chashitsu. Berbeda dengan upacara – upacara biasa. Upacara biasa di gunakan untuk menghormati hari – hari tertentu. Seperti upacara untuk Hari Pahlawan, Upacara Kemerdekaan, dan sebagainya.
Upacara minum teh ini dahulunya, pertama kali di perkenalkan oleh nenek moyang ahli teh Jepang yang bernama Murata Juko. Upacara ini dahulu di percaya sebagai sarana pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak yang dijamu. Pada akhirnya berbagai aliran upacara minum teh pun bermunculan. Dampak dari munculnya banyak aliran ini menarik banyak orang untuk belajar upacara minum teh ini. Maka dari itu tradisi upacara minum teh ini menjadi sangat populer di seluruh Jepang. Ocha no keiko adalah istilah yang artinya belajar mempraktikkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh. Cara minum teh di Jepang sudah di tentukan sejak jaman dahulu kira – kira beberapa ratus tahun yang lalu, dan tidak pernah di ubah ataupun di perbaiki.
Teh ini disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan di nikmati oleh sekelompok tamu di ruangan khusus tempat minum teh yang di sebut Chashitsu. Teh ini bukan hanya dituang dengan air panas dan di minum. Tetapi teh ini juga sebagai seni dalam arti luas. Tradisi upacara minum teh ini juga mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi atau keadaan yang menyenangkan dalam arti tamu merasa nyaman, seperti memilih lukisan dinding atau yang sering disebut Kakejiku, juga memilih bunga atau yang sering di sebut Chabana, dan mangkuk keramik yang di sesuaikan dengan musim dan status tamu yang di undang.
Tentu saja seni upacara minum teh memerlukan pendalaman bertahun – tahun dengan di sertai penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang di undang secara formal untuk upacara minum teh pun harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa - basi, etika meminum teh, dan cara menikmati makanan kecil yang di hidangkan.
Ada beberapa Upacara minum teh sepanjang tahun di Jepang, yaitu :
1.      Yuuzari-no-chaji
Upacara teh ini di lakukan saat bulan – bulan yang lebih hangat daripada musim dingin.
2.      Shoburo
Upacara ini merupakan perayaan tahun baru dengan menggunakan pertama kali alat Furo, atau anglo/tungku portable.
3.      Kuchikiri-no-chaji
Teh yang di panen saat musim semi, lalu di simpan di dalam guci dan di letakkan di tempat yang sejuk. Musim perayaan minum teh dimulai dan ro digunakan pertama kali sebagai tanda masuknya musim dingin kira – kira terjadi pada tanggal 7 atau 8 November. Pada saat itulah, guci yang berisi teh tadi di buka, dan akan di dapat teh baru yang masih segar.
4.      Akatsuki-no-chaji
Upacara minum teh ini di lakukan saat pagi – pagi sekali di musim dingin. Tujuannya agar bisa melihat matahari yang baru terbit dari runang minum teh.

5.      Asa-cha
Upacara ini di lakukan saat pagi yang sejuk di musim panas.
6.      Shougo-no-chaji
Upacara minum teh ini di laksanakan tepat siang hari atau tengah hari.
7.      Yobanashi
Upacara minum teh ini di lakukan saat malam hari. Upacara ini juga di lakukan saat perayaan musim dingin. Upacara ini di lakukan di ruang minum teh yang hanya di terangi cahaya lilin.
Pada setiap budaya pasti ada nilai spiritualnya. Dan tentunya di upacara minum teh atau Sadou ini juga ada. Air dilambangkan sebagai Yin dan Api di lambangkan sebagai Yang. Mizushashi adalah guci tempat dimana air di tampung. Guci itu terbuat dari batu. Guci itu berisi air tawar yang melambangkan kemurnian atau kesucian. Guci tersebut hanya boleh di sentuh oleh hanya boleh di sentuh oleh sang tuan rumah. Teh yang akan di sajikan, Matcha,  disimpan dalam sebuah tempat berupa keramik kecil yang disebut Chaire yang terbungkus dengan sebuah Shifuku atau kantong sutra yang diletakkan di depan Mizushashi.
            Chaji adalah upacara minum teh yang lengkap dengan makanan, yang merupakan salah satu bentuk tata cara minum teh di Jepang. Upacara minum teh dilakukan di ruangan khusus yang di desain dengan nuansa teh. Desain itu bernama Chashitsu. Biasanya lokasinya ada di rumah teh terpisah dengan bangunan utama, di dalam taman. Tamu – tamu yang di undang untuk upacara minum teh tidak lebih dari empat orang. Tamu – tamu ini berada di sebuah ruang tunggu yang bernama Machiai. Di ruangan inilah, seorang asisten tuan rumah atau biasa di sebut Hanto, menyiapkan air panas untuk menyeduh teh atau biasa disebut Sayu. Selagi berada di ruangan ini, tamu – tamu ini memilih satu orang untuk menjadi wakil selaku tamu utama. Lalu Hanto mengajak para tamu, sedangkan tamu utama berada di belakang, menuju kearah taman kecil tak berbunga. Dan disinilah para tamu akan membersihkan “Debu Dunia” , lalu mereka akan duduk di bangku atau biasa di sebut Koshikake Machiai, sambil menunggu Teishu atau tuan rumah menyambut mereka. Sebelum Teishu menerima para tamu, dia akan mengisi sebuah baskom batu atau Tsukubai dengan air segar. Teishu menyucikan tangan dan mulutnya dengan air yang ada di baskom batu tadi. Lalu berjalan ke arah gerbang tengah atau Chumon, untuk menerima secara resmi para tamu, dengan membungkukkan badan sebagai tanda hormat. Kemudian tanpa berkata – kata, mengajak Hanto, tamu utama, dan tamu lainnya melewati Chumon yang melambangkan pintu antara dunia nyata dengan dunia teh yang bersifat spiritual.
            Para tamu dan Hanto menyucikan diri dengan air dari Tsukubai sebelum memasuki ruang Teh. Pintu masuk ruang minum teh berupa pintu geser yang memiliki tinggi sekitar 36 inchi atau sekitar 91 sentimeter, sehingga orang yang akan masuk ke dalamnya harus membungkukkan badan dan merundukkan kepalanya. Yang terakhir masuk akan memasang palang pintu. Pintu ini melambangkan semuanya berkedudukkan sama saat minum teh, tidak bergantung pada status sosial yang ada.
            Di dalam ruang teh tidak terdapat dekorasi apapun, melainkan hanyalah sebuah ruang kecil bernama Tokoma. Ada sebuah lukisan atau Kakemono yang sengaja di pilih oleh tuan rumah secara seksama, sesuai dengan tema dari upacara minu teh tersebut. Ada juga sebuah kitab kuno yang bernama Bokuseki atau jejak tinta yang di buka gulungannya. Para tamu bergiliran menghormati kitab itu, sambil mengamati teko atau Kama dan perapian. Perapian terdiri dari dua jenis, yaitu Furo yang bertipe portabel dan Ro yang bertipe terpasang di lantai yang fungsinya juga sebagai penghangat saat musim dingin tiba. Lalu para tamu ini akan duduk sesuai posisi mereka saat upacara minum teh ini. Tuan rumah duduk di tempatnya dan memberikan salam secara bergantian. Makanan yang di suguhkan adalah Chakaiseki. Setelah itu di hidangkan sake. Setelah itu akan di sajikan Kosuimono, semacam kaldu untuk menghilangkan citarasa sajian di dalam mulut, sehingga tidak tercampur rasa dengan rangkaian sajian berikutnya. Lalu di lanjutkan dengan Hasshun, yang terdiri dari Uninomono ( semacam seafood ) dan Yananomono ( makanan yang bersumber dari pegunungan ). Setelah itu ditutup dengan Kanomono yang di sajikan dengan sebuah mangkuk kecil dan nasi panggang yang di sajikan dengan garam .
 Jika teh di sajikan saat siang hari, maka sebuah gong akan di bunyikan, tetapi di sajikan saat malam hari, maka lonceng yang akan di bunyikan. Biasanya lonceng dan gong ini dipukul 5 – 7 kali. Lonceng atau gong ini berguna untuk memanggil tamu yang tadinya sedang istirahat sejenak kembali ke ruang tempat minum teh.
Ada beberapa tata krama tamu yang harus di lakukan ketika upacara minum teh berlangsung, yaitu :
1.      Membungkuk hormat pada penyaji teh saat ocha (teh hijau) disajikan.
2.      Memandang ornament yang ada di cawan dengan penuh perhatian.
3.      Menghargai ornament sebagai karya seni, sebelum minum teh dari cawan itu.
4.     Membuat percakapan ringan dengan tuan rumah tentang barang – barang seni tersebut.
Biasanya upacara minum teh di Jepang memakai teh bubuk Matca , yang terbuat dari teh hijau yang di gulung halus. Upacara minum teh yang menggunakan teh bubuk matca, teh hijau jenis matca, di sebut Matcado. Sedangkan upacara minum teh yang menggunakan teh bubuk Sencha, teh hijau jenis Sencha, disebut Senchado.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Me and Them Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare