Hari ini adalah hari yang cukup
menyenangkan. Omoshiroii.. Tapi di akhir benar-benar membuat moodku memburuk.
Kyou wa Konohagakure no Omatsuri.
Dan kami hari ini memakai Kimono. Bermacam-macam kimono. Berita bagusnya lagi,
tidak ada pelajaran untuk hari ini. Benar-benar menyenangkan. Sebenarnya hari
ini juga diadakan lomba-lomba, tapi
karena tidak ada kejelasan acara, kami pun memilih pulang.
Berbeda denganku dan Kin yang
kami memang ada pertemuan. Pertemuan ini membahas tentang geijutsu. Masih ingat
dengan klub musik yang kuikuti? Nah ini dia, kami janji bertemu di dalam
Toshoushitsu. Pertama aku datang dengan Miryoku Miigo. Dia adalah onnanoko yang
kuceritakan waktu itu. Yang pintar geijutsu. Yang sangat cocok banget sekali
dengan Kuruma-san. Lalu teman-teman lainnya datang. Kin datang menyusul. Dan
disusul dengan Buchou-san yang super telat. Lalu dia membuka pertemuan kali
ini.
Kami membicarakan banyak hal,
tentang keperluan geijutsu dan para anggota baru, yang kebanyakan merupakan
kouhai kami. Seperti biasa, yang paling vokal adalah Mii-chan dan Kuruma-san.
Mereka benar-benar pasangan yang serasi bukan. Bahkan aku sempat mendengar kata
‘anata’ terlontar dari mulut Mii-chan. Tetap saja aku cukup kaget, walaupun aku
tahu Mii-chan hanya bercanda gara-gara Kuruma-san yang cukup lemot.
“Hai’, nanti kita akan-..” jelas
Kuruma-san tidak jelas.
“Chotto matte, kau bilang apa
sih?” Mii-chan pun menyela.
“Ya, tentang anggota baru, kan?”
Jawabannya membuat kami mengeluh serentak.
“Bukan, anata. Bukan itu.”
Aku dengan jelas mendengar
Mii-chan mengucapkan itu. Aku jadi tahu seberapa akrabnya mereka.(Tapi mereka
tidak pacaran lho). Ah, sudahlah. Setelah membicarakan hal-hal lain. Sampailah
ke topik pada siapa yang akan tampil. Sampai ke Kuruma-san berkata.
“Hah, hanya Shimedaiko, pemain
seperti itu buang saja.”
Kata-kata itumungkin biasa saja.
Memang sedikit kasar. Tapi bagiku itu sangat kasar. Aku adalah salah satu
pemain Shimedaiko. Shimedaiko, mungkin memang alat musik yang gampang. Hanya
tinggal pukul dan mengikuti not. Jadi asal tunjuk pemain pun bisa. Tapi bukan
berarti meremehkan kami dong. Aku tahu Shimedaiko tak sepedan dengan taiko yang
besar itu. Tapi bukan berarti seenaknya membuang pemain. Berarti aku dibuang
begitu. Aku hanya bisa meringis sambil membuang muka.
Setelah segalanya selesai. Aku
dan Kin segera keluar dari sana. Diluar toshoushitsu itulah aku mengeluarkan
unek-unek ku.
“Kin-chan, aku bingung. Kenapa
kita selalu ikut pertemuan? Padahal kita bukan member inti. Kau tahu maksudku kan?”
“Wakatta, dan.. Nanti, akan
kuberi tahu.”
Tepat setelah Kin berkata seperti
itu, Mii-chan keluar dengan seorang temannya. Waduh, semoga dia tidak mendengar
perkataanku. Setelah agak jauh dari sana Kin pun melanjutkan perkataannya.
“Iya, dan kita akhirnya juga
tidak ikut bermain.”
“Benar, kita sama sekali tidak
melakukan apa-apa. Hanya duduk disana sambil sok paham.”
Aku pun melanjutkan perkataan.
“Kalau aku jadi mereka. Aku bakal
memprioritaskan yang loyal.”
Sedangkan Kin lebih memilih diam.
Anak ini memnag selalu begitu. Dan kau tahu mungkin semenjak hari ini,
pandanganku pada Kuruma-san akan berubah.
Walau akhirnya seperti itu, aku
juga mendapatkan pengalaman baru tadi. Kaze-san memakai kimono warna biru tadi.
Kawaii sou. Ckck, entah kenapa dia selalu terlhat keren dimataku.
.
.
Segalanya tak pernah berakhir
baik bagiku. Dalam hal segalamya. Entah pelajaran, sekolah, ekskul, pertemanan,
dan semuanya. Aku tahu aku memang bodoh. Aku yakin, aku masuk KIHS karena
keberuntungan. Dan jadilah di KIHS ini, aku bernasib sial. Nilai-nilaiku buruk
semua. Aku tak tahu apa yang salah, tapi aku sudah berusaha semampuku. I try it. I try the best that I can do,
but what.. Nothing comes out.
Kalau dulu, aku pasti bilang
semua kan baik-baik saja. Tapi sekarang, tak akan-akan baik-baik saja. Kalau
melihat nilai tomodachi-ku, rasanya aku adalah pecundang. Hh, memang dari dulu
aku memang pecundang, deh. Terkadang rasanya aku putus asa, aku sudah berusaha
dengan sekuat yang aku mampu, tapi tetap saja tak ada yang berubah. Kami-sama,
apa salahku? Oshiete kuru yo..
Di hal pertemanan, aku yakin itu
bukan hal yang baru lagi. Di atarashii kurasu ini,aku benar-benar merasa asing,
benar-benar merasa ditinggalkan. Benar-benar tak punya teman. Apalagi
kebiasaanku yang takpernah berbicara duluan, itu membuatnya semakin sulit.
Apalagi terhadap otokonoko. Kau tahu terkadang rasanya aku ingin memaki diriku
sendiri. Kami-sama, kenapa aku berbeda?
Lalu di ekskul, terutama
geijutsu. Penah kuceritakan tentang perkataan Kuruma-san kan, itu benar-benar
membuatku sakit hati. Dan sekarang kami memang ada event, dan hebatnya mereka meninggalkanku. Kau tahu bagaimana
rasanya senang bermain geijutsu. Rasanya benar-benar seperti menjadi bagian dari
mereka. Disinilah pertama kalinya aku merasa ‘ disinilah tempatku’, this is where I belong. Bahkan aku
sempat berpikir, disinilah aku dibutuhkan. Tapi aku dibuang. Hah, bocah
sepertiku memang pantas dibuang. Tak pernah sepadan dengan anak kelas atas macam
mereka. Rasanya setiap aku main geijutsu, rasanya senang sekali. Aku takkan
peduli berapa kali kita main, berapa kali kita latihan walau hanya untuk berapa
menit disebuah event, tapi selama
kami bermain bersama, aku ingin bermain selamanya. Tak pantaskah aku merasa
seperti itu? Terlalu egoiskah kalau aku ingin mempertahankan yang satu ini?
Mengingat dalam hal lain aku selalu sial. Kami-sama, onegai.
Apakah aku terlalu egois? Aku
hanya ingin punya teman seperti orang normal lainnya. Bisa berbincang dengan normal
tanpa merasa ditatap dengan aneh. Terkadang aku juga mau bersinar diantara yang
lain, tidak terlalu bersinar tak apa yang penting tidak terlalu redup. Aku juga
ingin mempunyai nasib gemilang seperti mereka. Aku juga ingin punya tempat
dimana aku bisa dibutuhkan dan aku bisa membantu dengan kemampuanku. Aku ingin
berada di tempat yang tepat, dimana aku tak dipandang menjijikan, aneh, dan
segala teman-temannya. Aku juga ingin seperti orang lain, I just wanna be like them. Am I too greedy?
Bukannya mau menyalahkan Tuhan
atau bagaimana. Tapi terkadang aku selalu bertanya-tanya, apakah kehidupanku
ini adil? Apakah aku memang tak bisa seperti mereka? Kenapa semua hal yang ku
inginkan tak pernah tercapai? Dan lalu balik lagi ke, apakah semua ini adil?
Aku tahu seharusnya aku tak boleh mendikte Tuhan. Tapi kenapa semua seperti
ini? Apakah aku tak boleh mendapatkan cahaya kusendiri? Apakah aku tak boleh
bersinar? Terkadang aku berpikir ingin memutar waktu kembali. Kembali ke masa
lalu, yang setidaknya aku bisa bersinar. Bukan dimasa tanpa sinar seperti ini.
Gelap dan sepi.
0 komentar:
Posting Komentar