Senin, 17 Juni 2013

A bit story from Akira

Diposting oleh Ai di 14.07


             “Oh, begitu. Jadi ini dibagi dengan akar x kan?”
            “Ha’i, lalu disubstitusikan ke persamaan 2. Terus begini dan bla. Bla. Iya kan?”
            “Oh, iya kau benar. Arigatou, Ichi-kun,”

            Ahh, kalau begini telingaku mau pecah. Sepertinya lebih baik kalau Kaze-san saja yang duduk disebelahku. Yah, walau nantinya aku masuk angin. Tapi daripada telingaku panas kayak begini. Nggak cuma telingaku yang panas, rasanya juga nggak terima dan kecewa. Pokoknya nggak enak banget.
            Sudah beberapa hari ini, sejak awal masuk sekolah, Aitsu-san duduk di kursi kedua ke kiri setelah kursiku (silahkan, bayangkan sendiri!). Sebelumnya tidak ada yang ada duduk di kursi di antara kami, karena saat itu Ichira-chan belum masuk. Saat hari kedua, kursi itu diisi oleh seorang shoujo di kelas kami. Namanya Migoto Okane-san. Aku biasanya memanggilnya Okane-chan. Dia adalah seorang seito yang sangat rajin. Dan kejadian di atas adalah saat mereka berdiskusi tentang pelajaran. Mereka terlalu akrab.
            Sungguh, jika kalian ingin melakukan itu, lakukanlah! Tapi jangan disini, jangan di jarak pendengaranku. Kupingku panas. Huh. Sungguh, aku berharap yang duduk disebelahku Kaze-san aja. Habis mereka berisik. ‘Hei, jika ingin bicara, di luar aja sana. Urushai,’geramku dalam hati.
            Let me be okay!! :( Can’t you two talk outside? Mazui.
.
.
            Mereka melakukannya lagi. Dan aku sama sekali tak bisa masuk ke dalam lingkaran mereka. Salahku juga sih, aku tak berani masuk ke lingkaran mereka. Mereka selalu berbicara banyak hal. Walau lebih banyak tentang pelajaran sih.
Dan tololnya, aku masih saja mendengarkan mereka. Aku memang tolol. Baka. Biasanya aku akan masuk dalam percakapan mereka, kalau mereka sudah kebingungan dalam pelajaran. Aku hanya membantu sedikit. Toh aku sama nggak ngertinya sama mereka. Tapi yang paling mendengarkan, ya Okane-chan, Aitsu-san hanya entah dengar entah enggak.
            “Loh, ini bagaimana, kok bisa kayak gitu?” gumam Aitsu.
            “Iya, ya,” timpal Okane sambil berpikir (sepertinya).
            “Ini dibagi dulu dengan ini baru bla.. bla,” sahutku menyerobot pecakapan mereka.
            “Udah kok, tapi hasilnya beda,” kilah Okane padaku. Akupun melihat pekerjaannya.
            “Ini hasilnya berapa? 6 x 4 kok hasilnya 36. Kurang teliti tuh,” koreksiku.
            “Ah, iya ya. Arigatou.”
            “Iie, doitta.”
            Aitsu-san sama sekali tidak mendengarkan. Tak apalah toh aku senang membantu teman. Hal lain lagi, Aitsu-san senang sekali berobservasi dengan denshikeisanki. Daritadi dia hanya bermain game di denshikeisanki. Tak luput terdengar pula, percekapan Aitsu-san dengan Okane-chan tentang denshikeisanki yang aku nggak tahu. Hah, aku sama sekali ada di dunia yang berbeda dengannya. Selain itu Aitsu-san punya banyak teman. Juga dia adalah anggota klub Dorama.
Satu hal yang kutahu sejak saat itu dia sama sekali berbeda denganku. Satu hal yang kusadari saat itu dia hidup di dunia yang berbeda denganku, sama seperti aku yang hidup di dunia yang berbeda dengannya. Satu hal yang harusnya kuketahui sejak dulu, seharusnya aku tidak memulai permainan ini. Karena aku tak akan pernah tahu bagaimana cara mengakhirinya.
Mungkin aku memang tidak pernah ada di dunianya. Mungkin juga aku memang tidak bisa menggapai dunianya. Mungkin aku memang hanya bisa mengawasinya dari sini. Bahkan mungkin aku memang tak bisa melihat dunia sebagaimana dia melihatnya.
Semakin hari, semakin parah. Tapi kurasa aku mulai merasa terbiasa mendengar ocehan mereka berdua. Tapi tetap saja rasanya nggak enak. Itu sangatlah menyebalkan. Tapi tak lama setelah itu, Okane-chan diharuskan meninggalkan kelas. Entah kemana, dan akupun tak mau tahu. Seperti aku peduli saja. Jahat? Tidak juga , aku hanya sedang kesal.
Tetapi setelah itu Aitsu-san justru pindah tempat duduk. Maklum ada kursi lain yang kosong. Dekat dengan stop kontak lagi. Jadi lebih enak buat nge-game. Sedikit kecewa sih, tapi cukup sakit hati. Rasa-rasanya kok kayak dia nggak mau duduk dekat aku. Entahlah, peduli amat. Lagipula tak ada dia justru bagus, jadi lebih aman untuk jantungku.
Tak lama kemudian justru Kaze-san yang duduk di sebelahku. Tepat di sebelahku, di tempat Okane-chan biasa duduk. Dengan alasan yang sama dan aku sudah terbiasa dengan itu. Toh aku juga baru nggak sakit.
“Hei, tolong nyalakan kipas anginnya, dong,” pintanya pada salah satu murid yang duduk di dekat saklar.
Aku hanya bisa mengulum senyum. Perangainya tak berubah. Tapi itulah yang kusukai. Dia manis dan lucu. Kaze-san sang pembawa angin. Haha, aku suka julukannya. Tapi diakhir pelajaran, aku baru tahu, dia sakit. Entah sakit apa, tapi kurasa wajahnya cukup sakit. Dan itulah alasan kenapa dua hari setelahnya dia tidak masuk sekolah. Dan aku cukup merindukan leluconnya.
            Hari ini Kaze terasa dekat. Walau masih dengan alasan yang sama, tapi, aku cukup berterimakasih. Daripada Aitsu. Saitte, Mazui, Baka.


Ada kemajuan. Walau hanya sedikit, tapi aku menyukainya. Oh sungguh, yokatta ne. Aku berbicara dengannya. Hanya berbicara? Hei, itu jarang terjadi dalam satu bulan. Daripada tidak sama sekali. Dan dia yang mengajakku berbicara. Pertama kalinya.
            Yah, alasan yang sama. Meminjam denshikeisanki-ku. Untuk men-copy beberapa file. Tak apalah. Yang penting dia berbicara denganku. Haha.
            “Tanaka-san, boleh pinjam denshikeisanki-mu. Aku pengen lihat isi file-mu.”
            Ah, pencerahan rasanya. Hei, tapi kok rasanya sepi, ya. Rasanya ada yang kurang. Kaze-san tidak masuk sekolah. Wah, kenapa ya? Kata para otokonoko, Kaze-san sakit. Padahal kemarin cukup sehat, menurutku. Hmm, kalau begitu cepat sembuh deh.
            “Tanaka-san, ini aku sedang men-copy, kau tunggu dulu yaa.”
            Dia berbicara denganku lagi. Wahh..
Belum lama kemudian..
            “Udah selesai belum?” tanyanya, tapi nadanya sedikit membentak.
Jujur aku takut. Tadi baik kok sekarang bentak sih. Beberapa lama kemudian, transfer file selesai. Aku memanggilnya, tapi karena malu aku ingin minta tolong Rara-chan.
            “RARA-CHAN” teriakku, eh, tapi Aitsu juga nengok, ya sudah langsung ku berikan aja.
            Setelah dia mengambilnya, dia sama sekali tak pernah mengajakku bicara sejak saat itu. Yah, memang tidak ada alasan untuk berbicara denganku sih. Tapi tadi di baik-in kok sekarang di diem-in lagi. Rasanya kayak dibolak-balik. Kalau emang nggak suka, nggak usah ajak bicara aku sekalian aja sih, mentang-mentang Okane-chan udah pergi lagi. Hah, udahlah. Jauh-jauh sana..
            Rasanya kayak dibolak-balik. Capek tau nggak. Setelah diterbangin ke awang-awang. Dijatuhin lagi ke lubang selokan. Nyesek tau nggak. Kaze not show up. Doushita no?
.
 

Ta-da.. Balik lagi sama Ai dan cerita geje-nya.. Hehehe, habis UAS nihh.. Bikin pusing kepala aja. Udah gitu kayaknya nilai-nilai bakal jeblok.. Huhu, kapan aku bisa dapet nilai bagus. Hh, sekolah tidak berjalan baik lagi bagiku. Yang bisa kulihat sekarang hanyalah, aku yang terus tertinggal dan tertinggal.. Sungguh, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Di lain hal, di tempatku berada, mereka sama sekali tidak begitu menerimaku. Di sisi lain, mereka, tempatku yang dulu, mulai satu persatu meninggalkanku. Lama tak jumpa lalu lupa.. Hh, doushi yo ka, minna-sama??
Sambungannya besok bakal jadi songfic nihh.. Bakal panjang, tapi aku dah lama nggak nulis lagi. Nggak keurus karena hati dan akal memikirkan ini itu. Hah.. Jaa matta nee.. ^^
_LOL_ #Lots of love..
Ai Tanaka Uzumaki 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Me and Them Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare