Rabu, 30 Oktober 2013

A bit Story from Akira

Diposting oleh Ai di 15.35


Hari terus berjalan dan saat itulah ku sadari sesuatu. Aku berubah. Dan aku membencinya. Perubahanku ini sama sekali tidak berubah ke arah yang lebih baik, menurutku. Memang aku jadi lebih berani. Demo, kirai da.. Ima, watashi no jibun ga kirai. Aku ingin kembali ke tempatku dulu. Dimana aku seharusnya berada. If I could turn back the time.
            Kawatte yuku watashi ga hishirioika keteru mono
            Kinou o made to watashi wa koitekebori no mama
            Kawatte yuku watashi wa donna ni ii kenai koto
            Ashita kara no watashi wa o shiranai dake..

            Aku bahkan sudah tak tahu lagi apa yang kulakukan. Segalanya berubah. Seperti yang penah aku katakan. Di kelasku sekarang semuanya memang lebih baik. Segalanya kudapatkan. Pengalaman, pertemanan yang ‘keras’ (It’s just like they said), dari sinilah aku bisa belajar banyak dari mereka. Tapi dari semua yang kudapatkan dari mereka, tetap saja ada hal yang kurang, yang hanya ada di kelas sebelumnya.
Pertemanan yang sejati. Pertemanan yang menurutku mengandung arti yang sebenarnya. Pertemanan yang tidak begitu mengenal perbedaan, walau dari dasarnya dilihat dari manapun kami tetaplah berbeda. Tapi pertemanan kami sama sekali tidak terbatasi oleh itu. Setidaknya mereka mau capek-capek mengenalku. Setidaknya mereka mau capek-capek menerimaku. Dan karena itulah aku sangat berterimakasih. I want to say that. Thanks for friendship that you have offered me.         
.
.
.
            But really, I’m very grateful to be one of them. Even it happened before. Setidaknya aku berterimakasih dapat mengenal mereka semua. Juga mereka yang mau menerima diriku. Seberapa jeleknya aku, seberapa anehnya aku, setidaknya mereka mau mengajakku berbicara walaupun hanya sepatah kata. Kenangan ini akan terus terpatri dalam hatiku. Zutto, zutto. Kono omoide, kawaranai mono, nakushitakunai. Aku tidak akan melupakannya, aku tidak akan melepaskannya.
            Sedangkan di kelas yang sekarang. Seperti yang kukatakan tadi, semuanya lebih baik. Hampir segalanya kudapatkan disini. Pengalaman yang menarik, serta teman-teman yang menarik. Kelas yang menarik, walau semua anggotanya tidak ada yang normal. Tapi, mereka semua lucu. Karakter mereka semua unik. Aku benar-benar bersyukur bisa masuk kelas ini. Mereka semua membuka dunia yang baru bagiku.
            Kau tahu, sejak masuk kelas ini aku jadi sering bicara, terutama pada otokonoko. Apakah kau percaya jika dikelas ini aku pernah duduk berdampingan dengan Kaoru-kun. It’s unbelievable isn’t it? Walau sepertinya duduk sama diapun biasa saja sekarang. Bahkan waktu itu dia memanggil namaku. Wow, itu sedikit membuatku terkejut. Dia tahu namaku. Wow.
            Disini pula aku bertemu dengan Aitsu-san, sang pemimpin perjalananku dalam satu bulan. Perasaanku padanya sekarang sudah biasa saja. Ini benar-benar berakhir tanpa penyesalan. Justru sekarang aku sedikit jengkel dengan sikapnya yang menyebalkan itu. Sikapnya itu lho, yang seenaknya sendiri. Dikiranya gakkou adalah miliknya. Beberapa kali sifat yang ditunjukannya seperti memberontak pada sensei-tachi. Entahlah, dasar orang aneh..
            Yosh, tinggal satu lagi yang harus kuakhiri. Kaze-san, kapan aku bisa melupakannya. Sungguh, ia membuatku kesal beberapa kali. Entah dengan duduk di kursiku, menendang-nendang bola ke kursiku, apapun itu semua adalah kegiatan yang mengangguku. Bukannya aku mau ge-er yaa, tapi sepertinya beberapa kali dia memang sengaja mengangguku. Dan setiap kali dia menggangguku, itu hanya akan terus mengingatkanku. Kalau ingat terus kapan lupanya!! Kaze-san hanya membuatku frustasi. Sikapnya yang menyebalkan itu ditambah dengan kedekatannya dengan salah satu onnanoko di kelasku benar-benar menggangguku. Kalau kau menyukainya, berhentilah menggangguku, Kaze-san!! Hidoi na. Yamete kudasai, aku sudah capek dengan masalahku sendiri, jangan tambahi dengan masalahku denganmu.
            Dengan Kaze-san, ini mengingatkanku dengan si Capung. Hahaha, dia adalah temanku onaji kurasu saat Shougakusei. Aku menyukai saat aku berada di roku-nensei. Dia benar-benar menarik. Dia satu-satunya otoko yang mau mengajakku gabung ke kelompoknya. Saat itu adalah Nihon go no juugyou, kami ditugaskan untuk berkelompok. Saat aku dan sahabatku kebingungan akan masuk kelompok mana, dia melambaikan tangannya dan mengajak kita berdua untuk masuk ke kelompoknya. Aku benar-benar tersentuh dengan sikapnya. Hahaha, benar-benar kodomo mitai.
            Satu hal yang kutahu, perasaanku pada Kaze-san berbeda dengan perasaanku pada Kaoru-kun, Zero-kun, dan yang lainnya. Entah kenapa terasa berbeda. Jika aku boleh jujur, aku memilih untuk menjaga perasaan ini daripada melepaskannya. Tapi Kaze-san menyukai salah satu onnanoko dikelasku sepertinya. Mou ii, seharusnya aku memang tidak memulai ini dari awal. Tapi tak bolehkah sekali saja aku berharap kali ini akan berakhir seperti yang kuinginkan. Onegai.
Taiyou wa nobori shizumi kurikaeshi
Sora wa iro o kaete yuku kedo
.
.
.
            Ninen da. Sudah dua tahun aku berada disini. Di KIHS ini. Tak ada rasa bangga yang terpatri dalam diriku ini.  KIHS adalah sekolah yang cukup berderajat tinggi. Tak sembarang orang masuk kesana. Hanya para siswa yang sukses dalam seleksi alam lah yang dinilai cukup pantas untuk masuk kesana. Selama kau berada di sana, mayoritas penduduk Konoha pasti melihat kamu sebagai orang yang berada di sisi yang berbeda. Rajin, pandai, dan disiplin. Dan aku yakin aku sama sekali bukanlah seperti kriteria itu. Saat itulah aku sadar aku salah masuk ke sebuah sekolah.
            Apakah sesuatu ini dapat dibanggakan? Bagi beberapa orang iya, tapi bagiku tidak. Tak ada bedanya jika aku berada diantara mereka dengan predikat the worst. It can’t be count. Aku bahkan tidak bisa masuk ke dunia anak-anak pintar itu. Aku benar-benar merasa tak berguna.
Ninen da. Di saat semua orang memberikan apresiasinya terhadap suatu hal, aku hanya bisa melihat dan memberi semangat dari belakang. Di saat semua orang melakukan pekerjaannya dalam suatu event. Aku hanya bisa mendengar tentang progress mereka, datang ke event mereka saja tidak bisa. Aku tidak pernah bisa menjadi salah satu dari mereka. Satu-satunya hal yang bisa ku capai hanyalah di KIHS no Jiko Shokai, sebagai anggota panitia. Hanya itu. Setelah itu, mereka sama sekali tidak memberikanku kesempatan lagi.
Ninen da. Sudah dua tahun. Dua bulan lagi, sannen wa hajimaru yo. Dan tak ada kenangan indah yang bisa aku buat sama sekali. Setelah ini kehidupan hanya akan semakin suram. Karena itu, aku benci sekolah ini. KIHS adalah tempat murid yang pandai, disiplin, dan rajin. Dan aku bukanlah satu-satunya.
Mereka semua pintar. Tentu, jika tidak di bidang akademik, pasti cakap dalam bidang non akademik. Mereka semua hebat. Aku sangat mengagumi mereka. Aku hanya bisa melihat dan memuji akan kilauan sinar yang mereka pancarkan. Dan aku sama sekali tidak bisa seperti mereka. Muri desu.
Ningen wa saikou desu. Mereka diciptakan dengan kelebihan daripada makhluk lainnya. Watashi wa wakatta desu. Demo, apakah aku adalah yang terburuk daripada manusia lainnya. Sampai sekarang aku sama sekali belum mendapatkan apa tujuan hidupku dan apa yang akan kulakukan lagi. Rasanya aku tak pernah mau memikirkannya.
Jika ditanya dulu, apa cita-citamu? Isha ni naru. Demo, setelah dipikir lagi, aku sama seklai tidak bisa melakukan itu. Melihat orang sakit, aku sama sekali tidak suka. Toh aku juga sama sekali tidak suka pelajaran IPA. Jika boleh memilih, aku lebih memilih sastra. Bagiku ujian tertulis sastra itu seperti bertaruh. Apakah kau memilih jawaban yang benar ataupun salah, itu tergantung pada nasibmu. Karena kebenaran sastra tidak bisa dibuktikan dengan angka, tidak akurat. Sastra hanya bisa dirasakan dengan hati. Bukan dihitung, tapi dirasakan.
Sastra. Nihon go wa daisuki. Entahlah, setiap aku belajar akan itu, aku tidak merasa aku harus, tetapi karena aku menyukainya. Karena itulah aku belajar. Tidak disuruhpun aku tetap akan mempelajarinya. Maka dari itu, saat ditanya kenapa nilai Nihon go-ku cukup baik, itu karena aku menyukainya. Suki dayo. Hanya karena alasan sesimpel itulah. Tapi saat untuk berpikir saat Daigaku nanti akan mengambil sastra, rasanya kok nggak pas. Anak KIHS hanya bisa masuk sastra. Nihon go lagi.
Inilah juga yang membuatku tambah pusing. Akreditasi sekolah. Menjaga nama baik sekolah. Saat kau berada di tempat yang lebih tinggi, semakin berat pula beban yang kau tanggung. Tidak boleh goyah. Semua orang menginginkan yang terbaik darimu, jadi kau sama sekali tak boleh kalah. Itulah yang selalu kupikirkan. Kalau hanya karena diri sendiri, tak apa-apa. Tapi kalau membawa nama sekolah, rasanya memalukan. Berjalan rasanya seperti didikte. Kau harus seperti ini, kau harus seperti itu. Walau tak ada yang menyuruh, tapi kalian semua mengharapkan yang seperti itu juga kan dariku. Yang terbaik, yah yang terbaik.
Masa depan. Aku belum mau memikirkannya. Entah mau jadi apa aku ini? Pemalu, seseorang yang hanya melihat kecilnya dunia dari jendela kamarnya. Tak pernah mau keluar, lebih tepatnya tak pernah mau mencoba. Aku tak pernah membiarkan diriku membuka. Toh membuka pada siapa, menurutku tak ada yang dapat dipercayai didunia ini. Bekerja. Jadi apa? Aku sama sekali tak mendapat pengalaman apapun. Berada di KIHS hanya membuatku semakin terkekang di jeruji besi. Dan pernah aku berpikir tentang cinta. Apa yang akan didapat olehku? Seseorang yang bahkan tak pernah jatuh cinta sekalipun. Semua pengalaman yang kualami, aku tak pernah menyebutnya jatuh cinta, cuma sekadar suka atau bahkan cuma kagum. Menikah? Entahlah, tak pernah berpikir kesitu. Pacaran saja belum pernah.
Bagaimana kalau kita mengecilkan ke hubungan pertemanan? Teman. Apakah selama ini aku punya teman? Tidak sepertinya, maksudku teman dalam arti sebenarnya. Ichinen. Berada di kelas yang tidak begitu ramai dan kompak. Namun disinilah aku merasa nyaman. Setidaknya disinilah aku merasa aku punya teman. Aku benar-benar merasa diterima, walau hanya oleh beberapa orang saja, tapi itu lebih dari cukup daripada tidak sama sekali.
Ninen. Kelas yang ramai, kompak, dan rada koplak. Aku bersyukur berada dalam kelas ini. Mereka membuatku tertawa beberapa kali. Tidak begitu ada geng geng-an (pengkotakan), setidaknya cukup merata. Tapi, ini suasana kelas terburuk. Nyaman memang, tapi aku sendirian. Aku sama sekali tidak punya teman. Mereka benar-benar tak mau mendengarkanku. Bahkan tak jarang sikap mereka menunjukan ketidaksukaan padaku, jengkel padaku. Tak jarang pula, aku dijadikan bahan lelucon dan ejekan, mereka tertawa. Aku hanya dapat tersenyum diam. Berharap mereka akan menghentikan lelucon yang menyakitkan itu. Mereka tak suka padaku. Kanjiru. Malah sepertinya mereka membenciku.
My ex-friends? It’s more worse. Setelah kami berpencar kelas, mereka semua terlihat berbeda. Kawatta na. Dulu mereka akan mendengarkanku, kini mereka sedikit mengabaikanku. Bukan salah mereka. Setiap orang pasti berubah seiring berjalannya waktu. Aku pun pasti berubah. Dan aku benci itu. Aku ingin mereka kembali seperti dulu. Aku tahu aku egois. Tapi kalau bukan mereka, siapa yang akan jadi temanku? Tak ada. Inai.
Semakin tinggi tempatmu mendaki, semakin banyak rintangan yang akan kau hadapi. Dan inilah salah satunya. Terkadang aku ingin menangis. Terkadang aku ingin marah. Terkadang aku ingin membuat mereka mengerti. Dame, biarlah semuanya berjalan apa adanya. Seperti yang terjadi pada Aitsu-san, Zero-kun, Kaoru-kun dan inilah tujuanku berikutnya Kaze-san. Aku sadar, dia memang anak yang konyol. Suka mengganggu orang lain, suka menggoda orang lain. Dan satu-satunya yang tidak jadi korbannya hanyalah dia. Yah, dia. Semakin dipikir, semakin berat yaa.. Yosh, toh dua bulan lagi aku pisah kelas sama Kaze-san. That’s healing time. Yosh, ganbaru, Akira-chan..
.
.
.
Boku-tachi wa sannen da.. Senior. Kelas dua belas. Sebenarnya aku sama sekali tidak mau berada di suasana kelas dua belas. Karena kelas dua belas adalah tepat saat sebelum kau lulus. Akan ada banyak tesuto bertebaran untuk kami. Benar-benar mendokusai. Para sensei pun pasti ingin kami lulus dengan nilai yang terbaik. Aku juga ingin sih. Pokoknya dua semester ini akan menjadi semester yang menyebalkan. Karena aku tidak terlalu suka saat banyak orang mengharapku menjadi seperti yang mereka inginkan. Dan sekalinya aku gagal, pasti bakal dimarahi habis-habisan. Konsekuensi masuk ke koukou yang merupakan salah satu yang favorit di Konoha ini.
Pembagian kelas. Sebenarnya inilah yang paling aku tunggu tepat saat hari pertama masuk. Apakah kami sekelas lagi atau terpencar lagi atau justru kembali seperti saat masuk kelas satu. Tidak sekelas lagi dengan mereka pun tak apa. Toh sepertinya itu lebih baik, sehingga mereka tidak terganggu dengan keberadaanku, iyakan? Dan salah satu temanku pun tidak perlu menahan emosinya lagi untuk memukulku. Kalau sekelas lagi ya, sudahlah terima saja. Toh aku pun tidak membenci mereka. Atau justru mereka yang membenciku? Wakaranai..
Dan ternyata memang kami tidak sekelas lagi. Senang? Tidak juga. Sedih? Lebih tidak juga. Setidaknya aku lebih bersyukur bahwa banyak teman sekelasku yang aku kenal, exclude otokonoko. Tapi, terburuk dari yang terburuk, Kaze-san sekelas denganku lagi. Demi apapun, dari semua orang kenapa harus dia? Aku lebih memilih sekelas dengan Kaoru-kun dibanding dengan Kaze-san. Setidaknya Kaoru-kun tidak lebih annoying dari Kaze-san. Uhh..
Kaze-san. Sepertinya dia sedih tidak sekelas dengannya. Dia jadi lebih diam dan aneh. Biasanya dia berangkat paling pagi daripada semua otoko di kelas. Tapi kini dia sering berangkat siang dan jarang terlambat. Kalaupun terlambat, dia pasti selalu datang tepat bel masuk berbunyi. Kok kayaknya bosen sekolah, ya? Hmm, udah nggak sekelas sama dia lagi sih. Wakaru, sabishii yo.
Kelasku saat ini, hmm, hmm. Bagaimana ya? Banyak teman perempuan yang kukenal, enaknya itu. Tapi yang otoko, jarang yang kukenal. Dan mereka incredibely annoying. Aku sama sekali nggak bisa membaca  jalan pikiran mereka. Mereka nggak friendly. Mungkin untuk otoko, aku lebih memilih yang kelas dua. Otoko kelasku yang sekarang, nyebelin. Aku yakin mereka nggak begitu suka sama aku, tapi mereka nggak pernah komentar. Tapi justru itulah yang kutakutkan. Dan mereka seenaknya mengatai teman sekelasku yang sebenarnya salah satu senpaiku. They are really super duper annoying brat.
.
.
.
.
.
Kelas dua belas. Sebentar lagi luluskan? Habis itu kuliah kan? Jurusan apa?
Sampai saat ini aku belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Termasuk apa yang akan kulakukan nantinya. Aku sama sekali tak pernah berpikir ke sana. Karena yang kutahu dari dulu sampai sekarang tugasku hanyalah belajar di sekolah. Masuk pagi, pulang sore. Itulah keseharianku. Tak lebih.
Kuliah? Jurusan? Bukankah itu nanti akan berlanjut ke pekerjaan. Dulu mimpiku adalah menjadi dokter. Bukankah hebat menjadi manusia yang menolong sesama. Tapi aku berpikir, kalau itu adalah mimpi standar bagi setiap anak yang tidak memiliki tujuan sepertiku, kecuali bagi mereka yang sudah meneguhkan hati. Lalu tak lama kemudian, aku berpikir mau jadi apa kalau aku jadi dokter, ngeliat orang sakit aja takut.
Pilihlah sesuai minatmu. Selalu itu saja yang mereka katakan. Namun bukankah nantinya akan berpengaruh pada pekerjaan. Kini semua orang berpikir bagaimana mencari uang yang banyak. Mengingat sekarang semuanya serba mahal. Hh, mattaku.
.
.
.
.
Segalanya tak pernah berakhir baik bagiku. Apalagi dalam hal ini. Aku selalu jatuh di tiap kalinya. Setiap berhasil merangkak, diri ini kembali jatuh dan terlenakan olehnya. Kasusku kali ini bernama Kochataro Kaze-san. Hai, dulu dia adalah teman satu kelas saat Ni-nen. Dan sekarang kami sudah San-nen, kami kembali sekelas.
Terpikir dahulu, itu adalah kesempatan untukkun. Untuk lebih mengenalnya. Setidaknya itulah yang kupikirkan pada awalnya. Dia orang yang lucu dan cukup manis. Tapi mungkin saat dia bergurau, dia akan menjadi sangat keterlaluan. Terkadang gurauannya justru menjadi sepercik api yang akan menebarkan permusuhan baginya dan korbannya. Pernah ada kejadian saat Ni-nen. Untung tidak sampai berkelahi.
Seperti yang kubilang tadi. Dia senang bergurau, tapi sering keterlaluan. Mungkin dia tidak terlalu memikirkan akibat dari perkataannya dan perlakuannya. Pernah dulu saat kami Ni-nen, dia mencoba menarik kursinya saat aku mau duduk. Untungnya aku segera menyadari. Coba jika tidak, yabai desho. Tapi aku yakin maksud Kaze-san hanya bergurau. But, actually that’s rough..
Di San-nen ini, ada satu kesalahan yang tak bisa kumaafkan –belum bisa, darinya. Well, sebenarnya cuma simple nih. Namanya juga koukousei, pasti ada yang namanya menjodoh-jodohkan dengan seenaknya sendiri. Aku sudah terbiasa sejak Chuugaku. So, I can anticipated that. Kedo yo, bagaimana rasanya jika yang melakukan itu adalah Kaze-san. A boy that you have a crush on. Pathetic da ne..
Terserah deh, mau dijodoh-jodohin sama siapa aja, toh belum tentu itu beneran. Tapi kalau yang melakukan adalah Kaze-san sendiri. Dia yang membuatku diejek begitu. Dia yang mengkoordinir biar semua nyorak-nyorakin. Kok rasanya sakit, ya. I know, he doesn’t know ‘bout my felling. But it still hurts. A lot. Kalaupun bener aku nangis, aku bakal menangisi diriku sendiri mengingat betapa menyebalkannya kau, Kaze-san.
 =========================================================
Konnichiwa, minna. Another story? I have one. Actually a fanfict. But not finish yet. Selanjutnya dan selanjutnya cerita ini bakal terus berlanjut. Without end. So stay tuned. Especially you, Kaze-san. So you know about the pain that Akira must gone through..
Matta nee..

Ai Tanaka Uzumaki. ^^ 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Me and Them Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare