Juugyou
hajimemashou..
Kyou wa futsuu da yo.. Di awali
dengan eigo no juugyou yang cukup menambah tugas. Dan kurasa ini juga sebuah
awalan yang baru bagiku.
“Seito-tachi, hari ini kita akan
melakukan tugas kelompok dengan empat orang anggota. Sekarang kuberi kalian
kebebasan untuk membuat kelompok.” Perintah Hinamori-sensei didepan kelas.
Tak usah ditanya, aku pasti
sekelompok dengan Hime-chan dan Ichira-san. Dan kami kekurangan satu anggota
lagi. Siapa ya? Sepertinya Onna-tachi sudah mendapat kelompok. Mereka sudah
mengelompok empat-empat. Eh, tapi sepertinya di baris depan, masih tiga orang.
Tapi tak mungkin kami mengambil salah satu dari mereka. Mou ii yo, tiga orang
pun cukup sepertinya. Toh, kami bisa mengerjakan tugas itu bertiga. Tapi
sepertinya..
“Hei kalian, kelompoknya kurang
satu kan?”
“Iya sih.. Tapi..”
“Aku masuk ke kelompok kalian,
ya..”
Dan bocah inilah yang menyerobot
ke kelompok kami. Namae wa Kochataro Kaze. Dia salah satu otoko di kelas. Cukup
berisik dan sedikit bandel. Dan ‘berangin’. Ahh, pokoknya kalau di dekatnya
siap-siaplah masuk angin. Karena dialah sang angin. Sang angin yang ada di
kelasku. Dan biasanya aku yang kena imbas anginnya. Jangan tanya kenapa, karena
kau tak mau menceritakan alasannya.
Namanya aneh, yah. Pertama kali
kudengar namanya, saat itulah aku mengingat sesuatu itu. Teh, iya teh.. Hei,
itu adalah salah satu nomimono yang kusukai. Apalagi kalau dingin. Eh..
Abaikan, kembali ke nama yang aneh tadi. Kami sekelas biasa memanggilnya
Chataro-kun. Tapi karena aku belum mengenalnya, dan aku yakin dia tidak
mengenalku, jadi aku memanggilnya Kaze-san. Karena dia memang ber-angin. Jika
kau tahu maksudku.
Oke, seperti kukatakan tadi,
mungkin ini akan menjadi awalan. Awalan apa? Untuk melupakan Kaoru-kun. Kau
tahu aku bodoh. Ha’i, Boku wa baka da yo. Hontou ni baka. Walaupun aku juga tak
terlalu berharap dengan perasaan ini. Sungguh. Di awal, aku sama sekali tak
percaya. Segampang itukah aku menyukai seseorang? Sepicik itukah hati seorang
Akira Tanaka, sampai-sampai dia bisa meyukai banyak orang yang didekatnya. Tapi
aku selalu menepisnya, kog. Dan mencoba untuk menganggapnya biasa. Mungkin itu
hanya ‘semangat masa muda’ yang menggebu-gebu. Okay, yang terakhir tadi itu aku cuma bercanda.
“Baiklah..” jawab Hime-chan dan
Ichira-san serentak.
Dan seruanku itu menghentikan
lamunanku dan mengantar kepergian Kaze-san yang diiringi angin. (okay, yang terakhir cuma joke)^^
Kali ini mari kita ber-flashback ria. Kembali ke jaman dahulu
kala, aku masih berada di ichinensei. Kau masih ingat tentang Geijutsu.
Disanalah aku pertama kali merasa berbeda dengan dia. Dia berbeda kurasu
denganku. Demo sa, dia berbeda. Dia adalah seorang pemain geijutsu yang cukup
terampil. Okay, sebenarnya bukan
hanya cukup tapi sangat. Aku terlalu berlebihan lagi. Okay, mari kita mulai cerita
tentangnya..
Seperti yang tadi kukatakan, dia
pemain geijutsu yang terampil. Aku belajar main geijutsu tanpa sadar dari dia.
Aku selalu menyelaraskan tempo dengannya. Dialah pemegang kunci dalam permainan
geijutsu ini. Di geijutsu ini, aku bermain dengan hati. Shinjtsu, kore wa
omoshiroii da yo.. Tanoshii.. Terkadang aku tersenyum sendiri, puncaknya ya,
saat kami bermain bersama-sama apalagi kalau sedang mengisi event. Dan dia,
adalah salah satu alasan untuk tetap main di geijutsu.
Sama seperti kasus-kasus yang
lainnya, aku sama sekali tak pernah berbicara dengannya. (Ah, aku benci diriku
sendiri) Tapi entah kenapa, ya kog bisa-bisanya suka sama dia. Entahlah. Okay, kagum bukan suka. Aku ralat. Wajahnya,
tidak bisa dibilang tampan, sama sekali tidak, tapi bukannya dia mengejek.
Salah satu yang membuatku kagum dari dia, dia sopan-santunnya tinggi. Apalagi
Osaka-ben miliknya sangatlah terlatih. Dia benar-benar mengerti sopan-santun.
Dan terkadang itu membuat melirik diriku sendiri. Apa iya aku pantas? Sama
sekali tidak. Selalu saja aku berpikir seperti itu.
Ah, apalagi jika mengingat
tentang salah seorang onnanoko yang ada di klub geijutsu juga. Dia juga cukup
terampil di geijutsu. Itu poin pertamanya. Lalu dia juga sangat fasih dalam
berbicara Osaka-ben. Itu poin kedua. Dan poin terakhir, di ninensei ini mereka,
onaji no kurasu da yoo.. Betapa cocoknya
mereka. Aku selalu berpikir tentang itu lho.
Tak pernah ada peristiwa spesial,
hanya saja kalau kami sedang berlatih bersama-sama. Rasanya aku tak perlu
menghapal tempo, hanya perlu mengikuti tempo yang dibuat olehnya. Dan segalanya
akan mengalir begitu saja. Dalam bermain pun, aku tak pernah merasa kesulitan,
mungkin hanya tinggal membiasakan dengan not, tapi selebihnya serahkan pada
Tempo-san. Joudan da yo.. Namanya tentu bukan tempo-san. Itu hanya sebutannya.
Namae wa Kuruma Heiji.
Kuruma-san, biasanya aku memanggil begitu. Dia terkenal dengan di Kokugo no
jugyoo. Terlalu pandai dalam bidang itu, terutama osaka-ben. Dan mungkin juga
pemain geijutsu. Ku dengar dia sudah bermain geijutsu dari Chuugakusei. Pantas
yang cukup terampil. Ah, satu lagi dia merupakan buchou dari geijutsu,
hebatkan. Dakedo, aku tetap tidak boleh terlalu berharap.
Ha’i, ganbatte ne, Akira-chan.
Fighting..
0 komentar:
Posting Komentar