Angin sepoi-sepoi menerbangkan
sebagian anak rambutku. Benar-benar angin yang menyejukkan, cukup menyejukkan
mengingat jika biasanya matahari lebih terik dan panas. Di sinilah aku, duduk
sendiri sedang menunggu bus datang. Yah, memang sejak aku bersekolah di Konoha International High School, aku
sering naik bus untuk pulang.
Garis bawahi kata sering, karena aku juga masih sering dijemput. Dan sialnya, bus yang kutunggu-tunggu itu tidak datang-datang. Kulihat jam yang ada di tanganku, tepat jam 03.30. Bagaimana ya, aku takut kalau bus yang aku tunggu-tunggu ini sudah tidak ada. Ini sudah cukup sore untuk para bus menyebalkan itu pulang.
Garis bawahi kata sering, karena aku juga masih sering dijemput. Dan sialnya, bus yang kutunggu-tunggu itu tidak datang-datang. Kulihat jam yang ada di tanganku, tepat jam 03.30. Bagaimana ya, aku takut kalau bus yang aku tunggu-tunggu ini sudah tidak ada. Ini sudah cukup sore untuk para bus menyebalkan itu pulang.
Kenapa aku pulang selarut itu.
Uh, sebenarnya itu tidak terlalu larut sih. Tapi kalau mengingat aku yang
pulang naik bus ini, itu cukup larut. Ada yang pulang lebih larut daripada aku.
Itu karena mereka semua mengikuti organisasi masing-masing. Dan untukku yang
tidak masuk dalam salah satu organisasi tersebut, bisa pulang lebih awal. Huh,
tapi kebiasaan jelekku dan sahabat-sahabatku setelah kami makan ramen di kedai
Teuchi ji-san, mengobrol lama sekali. Uh, jadilah aku pulang telat seperti ini.
Ah, sampai lupa memperkenalkan
diri. Namaku Akira Tanaka. Aku adalah salah satu anak yang cukup beruntung di
Konohagakure, kota kecil di perbatasan Negara Hi. Aku bisa masuk ke KIHS, Konoha Internasional High School.
Sekolah ini cukup elit. Sungguh aku tak pernah menyangkanya. Kalian mengira aku
pintar. Itu salah besar. Nyatanya lihat aku adalah The Foolest One, maybe. Aku tidak tahu darimana aku bisa mendapat
nilai yang cukup dan akhirnya membuatku masuk ke sekolah yang elit ini.
Dan aku selalu bilang, kalau aku
berbeda. Kenapa? Berbeda saja menurutku. Aku tidak seperti mereka. Yang bisa
memutar otak dengan mudahnya untuk menyelesaikan masalah. Dan bisa mengatakan
apa yang ingin mereka katakan. Aku selalu takut salah atau selebihnya serba
salah. Tak bisa memutuskan sesuatu, yang
biasanya berujung dengan meminta pendapat orang lain. Ah, sebenarnya aku capek.
Dipandang rendah oleh mereka. Tapi, ya bagaimana lagi. Apalagi sejak masuk KIHS
ini. Hidupku menjadi benar-benar berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar