Minggu, 07 Oktober 2012

A bit story from Akira

Diposting oleh Ai di 12.49
Aku sering bertemu dengannya. Padahal kita tidak sekelas. Yap, tapi kami satu sekolahan tentu saja. Tapi letak kelas kami sangat jauh. Kelasku berada di bawah sedangkan kelasnya berada di atas. Tapi masih saja sering ketemu. Bukannya aku tidak ingin bertemu dengannya. Tapi aku lebih berharap untuk tidak berpapasan di jalan. Huh, menyebalkan..

“Hei, bukankah dia juga satu sekolah dengan kita dulu?” tanya Kin padaku saat melihat dia melintas.
“Ha’i” jawabku singkat sambil melihat ke arah lain.
Oke, bukannya aku sombong atau apa, aku hanya ingin menghindarinya. Itu saja, aku ingin melupakan semuanya. Oke, aku perkenalkan. Namanya Takishima Zero. Dulu saat aku masih chuugakusei, dia satu sekolah denganku di Deimon Middle School. Bahkan dua kali sekelas. Dan kini satu sekolahan lagi, tapi beda kelas. Bagaimana ya menjelaskannya.. Aku mengaguminya mungkin. Jangan salahkan aku kenapa. Aku mulai mengaguminya saat san-nensei. Mudah sekali membedakan suara Zero-kun dari yang lainnya. Suaranya sedikit nyaring. Dan jika tertawa, suaranya akan paling nyaring sendiri dan lucu. Kalau dia tersenyum, manis sekali. Menurutku senyuman paling manis sedunia (Lebay mode : on). Senyumannya ini yang membuatku memperhatikannya pertama kali.
Tapi aku tetaplah aku, yang memang tidak pernah berbicara dengan yang namanya anak laki-laki. Dan seperti biasanya aku hanya melihatnya dari jauh. Senyumannya, tertawanya. Lucu sekali. Melihatnya saja sudah membuatku tersenyum sendiri. Dan aku selalu bertanya apakah dia mengenalku. Oh, mungkin pernah, karena aku pernah berkirim mail dengannya, walau itupun hanya sebatas untuk tugas sekolah. Tapi untuk me-mailnya duluan itu membuat tubuhku panas dingin. Yah, walau Zero-kun tidak se-extraordinary Kaoru-kun, setidaknya dia juga istimewa bagiku.
Dia lewat juga tanpa menoleh ke arahku, miris, ya. Toh aku juga melakukan hal yang sama. Oh, ayolah bayangkan, temanku di Deimon, Kusuriko Yuuhi. Dia pindahan dari Amegakure. Baru pindah tapi dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, dia sudah bisa mengenal Zero-kun lebih dekat. Maksudku menjadi “teman yang sebenarnya”. Jujur aku juga ingin seperti itu tapi. Uh, sudahlah..
Aku juga masih ingat saat masih di Deimon, saat itu sehabis hujan. Anak-anak sekelasku bermain sepak bola di bawah. Tapi aku dengan temanku, Mezumi-chan sedang ngobrol di atas sambil melihat anak-anak main sepak bola. Mezumi-chan dan aku melihat ada anak yang berlari dan terpeleset saat bermain bola itu, jadinya aku dan Mezumi-chan tertawa. Dan saat itulah Zero-kun yang juga dibawah sedang berlari dan juga tertawa melihat ke atas. Sesaat dia masih tertawa, tapi saat melihat ke atas lagi, dia melihat ke arah kami dengan tatapan yang.. gimana, ya.. sedih, marah, kecewa dan sedikit menakutkan. Entahlah aku tak tahu. Tapi yang aku rasa itu tatapan yang berbeda dari biasanya. Kau tahulah maksudku (dan menurutku tatapan itu seperti ditujukan padaku). Walau aku sempat berpikir kalau dia melihat ke arah Mezumi-chan. Tapi aku tetap merasa aneh dengan tatapan itu. Jujur aku merasa tidak enak.
“Hei, ayo ini sudah bel, ayo masuk. Kog malah melamun..” ujar Kin padaku sambil beranjak dari tempatnya.
“Ah, Ha-Ha’i.. Chotto matte, Kin..” kataku sambil mengikutinya dari belakang.
Seharusnya aku sudah melupakannya. Saat itu aku hanya bisa melihat ke arah langit. Berharap bisa langsung melupakannya.
“Oji-san, beli onigirinya 50 ryo, ya empat..” ujar Kin pada oji-san, penjual onigiri.
Hari ini kami baru tidak ingin makan di Kedai ramen. Yah, banyak mie itu tidak sehat. Jadilah kami di sini, di depan kedai Onigiri yang tidak begitu ramai. Sebenarnya sih, pertamanya kami ingin beli sushi tapi oji-san penjual Sushi kehabisan piring.
Saat kami menunggu pesanan kami, tak jauh dari tempat kami berada ada kedai Nasi Kare. Aku suka Kare. Daisuki dayo. Tapi aku belum pernah makan di sana. Di sana yang makan mayoritas anak laki-laki sih. So, No-no. Tapi di sana terlihat orang yang tidak mau aku temui untuk saat ini. Kaoru-kun. Untuk apa kau di sana. Jelas sekali, terlihat dari tasnya dan postur tubuhnya. Uh..
“Uh, Mendokusei na..” gumamku pelan sambil mencoba mengalihkan pandanganku darinya.
Minggu ini adalah waktu Chuukan no Tesuto, dan biasanya aku akan jarang bertemu dengan Kaoru-kun toh walau sekelas, ruang ujian kami berbeda. Berterimakasihlah untuk itu setidaknya aku bisa tenang saat mengerjakan soal. Dan semoga dia juga. Walau begitu aku sering mendengar suaranya samar-samar saat dia keluar ruangan, karena ruangnya berjejer. Bahkan waktu aku ke Konoha no ginko untuk menemani Hinata membayar uang sekolah, aku juga bertemu dengannya. Uh..
Hum, ngomong-ngomong soal Otoko, aku jadi ingat saat aku masih menjadi Shougakusei di Seiyo Elementary School. Dia senpaiku. Saat itu aku go-nensei, sedangkan dia roku-nensei. Aku mengenalnya mungkin karena menurutku dia sepertiku. Sama-sama bertubuh kecil, mungkin. Yah, walau dia senpaiku, tapi lama setelah itu aku baru tahu aku lebih tua satu hari darinya. Fufu.. Kebetulan yang aneh..
Yah, aku tetap aku, sama sekali bukan orang yang berani berbicara. Tapi, kau tahulah, seperti apa Shougakusei itu, masih penuh dengan kepolosan. Hum, kami sering main kejar-kejaran, sepertinya.. Ah, aku lupa.. Itu sudah lama sekali. Hei, tapi setiap aku mengingatnya, aku selalu tersenyum sendiri lho. Memang masa yang cukup indah kog.. Yah, tapi itu berakhir saat dia lulus..
“..-dah belajar Keizaiku, boleh lihat catatanmu?” ujarnya kepadaku pagi itu.
“Ha’i, douzo..” jawabku sambil menyerahkan catatanku kepadanya.
Masih dalam Chuukan no Tesuto. Hari terakhir memang, tapi tesuto tetaplah tesuto. Aku berangkat cukup pagi. Aku pun belajar untuk tesuto pagi ini. Semuanya tenang dan damai, sampai, Kaien Kirihito datang kepadaku untuk meminjam catatan. Well, aku tidak kesal, catatanku dipinjam. Toh, kukira dia satu-satunya anak laki-laki di kelasku who consider me as a friend. I said maybe.. Who knows.. Setidaknya dialah yang sering mengajakku berbicara. Dan menurutku pun dia yang paling normal daripada para otoko di kelas.
Aku bingung pada diriku sendiri, kenapa aku bisa menyukai Kaoru-kun. Padahal kami sama sekali tidak pernah bertegur sapa. Lucu, ya.. Dan ada yang lebih dekat, tapi aku lebih enak mengatakannya teman sih.. Uh, aku bingung pada diriku sendiri.
“Uh, kok beda, ya?” gumamnya pelan tapi aku masih bisa mendengar.
“Apanya yang beda?” ujarku sambil melihat catatanku.
“Yah, aku hanya mencatat apa yang dicatatkan, Megumi-sensei kok. Kamu mencatat tidak?” tanya ku balik padanya.
“Enggak. Ya udah, aku pinjam catatanmu, aku catat dulu”
“Nee, douzo..” jawabku sambil menggelengkan kepala mendengar kenyataan anak ini tidak mencatat. Padahalkan itu penting. Setelah itu aku membaca catatanku di bukuku yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Me and Them Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare